Akhir-akhir
ini penjualan saya meningkat, karena saya jualannya pake strategi marketing,
selain itu saya juga punya banyak relasi. Nilai IPK saya semester ini juga
naik, ini semua berkat usaha dan kerja keras, belajar tanpa kenal lelah. Sejauh
ini hafalan saya lancar, karena saya rajin murojaah, tekun pantang, menyerah.
Pernahkan
terbesit dalam hati kita perasaan seperti ini? Jika pernah mari kita
beristighfar bersama. Kenapa? Karena ternyata itu adalah istagna. Apa itu
istagna, secara Bahasa istagna berrati tidak memerlukan atau tidak membutuhkan.
Dalam QS al-Alaq ayat 6-7 Allah sebutkan kata istagna.
كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ
أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ
Sekali-kali tidak, sungguh
manusia itu benar-benar melampaui batas (6). Apabila mereka melihat dirinya
serba cukup (7).
Istagna dalam surat Al-Alaq
diartikan dengan serba cukup, merasa serba cukup tanpa bantuan dari Allah. Merasa
kalau apa-apa yang sudah diraihnya selama ini, hanya karena usaha dan kerja
kerasnya, bukan karena adanya campur tangan Allah. Padahal, segala yang sudah
kita dapatkan di dunia ini, semua atas kehendakNya. Meski kita belajar dengan
sangat giat, jika Allah belum berkehendak, mungkin saja kita tidak akan lulus
ujian.
Bahkan dalam hal kebaikan
sekalipun, misalnya kita mampu tilawah Quran 2 juz setiap harinya, itu bukan
karena kita kuat. Tetapi karena Allah memberikan rasa kecintaan keimanan kepada
kita, sehingga kita betah berlama-lama dengan Quran.
Allah berfirman dalam Q.S
Al-Hujurat yang artinya “tetapi Allah
menjadikan kamu cinta pada keimanan, dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu”.
Sifat istigna ini perlu
kita waspadai, karena akan melahirkan sifat kesombongan dalam diri, merasa
serba cukup, tidak memerlukan Allah, merasa semua hasil yang dia dapatkan
adalah hanya hasil kerja kerasnya saja.. mari sama-sama kita insyafi, bahwa
segala yang sudah kita dapatkan adalah karena kemahaannya Allah, bukan karena
kuatnya kita.
Lembah kapuk, 9 November 2018