Kamis, 08 November 2018

Jangan Takut Gagal Ta’aruf *untuk para akhwat pejuang taaruf yang menjaga kesucian dirinya, melalui proses yang baik menuju pernikahan*


Saya tahu ketakutan ini mungkin muncul pada akhwat-akhwat yang sudah beberapa kali melakukan taaruf namun belum berhasil, dan pada saat ditawari untuk taaruf lagi seringkali ada perasaan takut gagal lagi dan memilih untuk istirahat sejenak. Ini menurut pengalaman teman, yang akhirnya saya pun mengalami perasaan ini, hiks.... suatu ketika saya pernah tanya pada salah satu teman,
“mbk kok gak minta ditaarufin sama murabii”
Hm...trauma aku, gagal terus (tapi sekarang belaiu ini udah nikah, Alhamdulillah)
Waktu itu dengan sok bijak saya jawab, gak boleh gitu mbk, kita harus tetap ikhtiar,  bla bla bla bla bla panjang kali lebar lah. Dan seketika Allah memang uji perkataan saya ini. Kegagalan pertama masih woles, berikutnya agak dipikirin. Selanjutnya nyerah, dan saya bilang saya lelah mau break dulu kalau ada yang ngajak taaruf. Ini mestinya gak boleh dilakukan, tapi jujur saja memang lelah, ingin menata hati terlebih dahulu, memuhasabah diri dan banyak merenung. Sempat bertanya pada beberapa teman yang udah nikah,
“ikhwan itu cari yang sholehah apa yang cantik teh?”
“Jawaban beliau diplomatis, kalau kata ust salim ada ketidakjujuran dalam taaruf, bilangnya mau yang sholihah, pas ditawarin akhwat ini nolak, yang itu nolak, ternyata karena yang dicari yang cantik”
Hm...sampai disini saja saya udah makin merenung......
Dan dalam perenungan itu Allah memberikan harapan lewat kisah Julaibib dan kisah Ummu Aiman. Kita tahu bahwa Julaibib adalah seorang sahabat yang dikisahkan memiliki fisik jelek, hitam pendek dan tak bertahta. Saat Rasulallah bertanya, “wahai Julaibib kenapa kamu tidak menikah” saya tidak laku ya Rasulallah (jawaban ini sungguh menyayat hati saya). Rasulallah akhirnya menemui salah seorang sahabat untuk menjodohkan Julaibib dengan anaknya, namun sahabat tersebut menolak. Tapi apakah jawaban dari puteri sahabat tersebut “bagaimana mungkin aku menolak pilihan Rasulallah”.
Kisah berikutnya adalah kisah pernikahan Ummu Aiman dan Zaid Bin Haritsah, Ummu Sulaim adalah ibu asuhnya Rasulallah sedangkan Zaid adalah anak angkatnya Rasulallah bisa dibayangkan berapa perbedaan usia nya. Dalam sebuah hadits Rasulalah berkata “Barang siapa yang ingin menikah dengan wanita ahli surga maka hendaklah menikahi Ummu Aiman.”” Ummu Aiman dan Zaid Bin Haritsah pun menikah, dari pernikahan mulia mereka lahirlah mujahid mulia Usamah Bin Zaid.
Membaca kisah ini seolah Allah memberikan pesan,” jangan bersedih, masih ada Zaid dan istri Julabib di dunia ini, yang menerima bukan karena fisik semata, tapi karena ada tujuan yang jauh lebih besar, yaitu menjadikan pernikahan sebagai estafet perjuangan dakwah dengan melahirkan generasi-generasi Rabbani.

Lembah kapuk, 11 november

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Allah yang menunjukkan jalanNya

Kupikir belajar Bahasa Arab adalah pelarian Dari belajar TOEFL Yang tak kunjung naik scorenya untuk lanjut kuliah, awalnya memang begitu....