Minggu, 05 April 2020

Allah yang menunjukkan jalanNya


Kupikir belajar Bahasa Arab adalah pelarian Dari belajar TOEFL Yang tak kunjung naik scorenya untuk lanjut kuliah, awalnya memang begitu. Bahkan Salah satu dosen di LBI tempatku ikut Les TOEFL mengatakan, kalau mau mudah belajar Bahasa Inggris, belajar Bahasa Arab dulu, Karena Bahasa Arab lebih kompleks dibanding Bahasa Inggris. Maka Aku hanya ikut satu level saja, selebihnya kuputuskan untuk ikut Bahasa Arab di LIPIA kelas sabtu ahad, selain Karena memang Yang kursusnya harus dibagi-bagi :). Alasan kedua belajar Bahasa Arab adalah ingin memahami Quran, terutama sejak ngaji Sama ummi Yang bisa Bahasa Arab, tiap ketemu dikomporin terus "penghafal Quran Yang gak bisa Bahasa Arab itu sayang banget, gak bisa seutuhnya menikmati jamuan Quran Dari Allah.

Selain itu setiap Kali ikut kajian ustad ustadz pasti juga dibilang ayo belajar Bahasa Arab.
 Alasan 3 beberapa lingkaran pertemananku anak-anak syariah Yang notabene jago Bahasa Arab, itu kadang bikin ngiri liat mereka baca fiqh, tafsir dari kitabnya langsung, apalagi kalau liat mereka ngobrol pakai Bahasa Arab, udah lah beneran merasa sedih gak ngerti.

Maka ikutlah saya kelas Bahasa Arab di LIPIA, Hari pertama excited sekaligus bingung, gurunya langsung native Dari Sudan Yang beliau Sama sekali gak bisa Bahasa Indonesia. Jadilah dikelas itu hanya Ada 2 Bahasa, Bahasa Arab Dan Bahasa tubuh:).
Sering berjalannya waktu mulai Terbiasa dengan Aksen mereka Yang cepat, Dan kalau ditanya ya bisa jawab lah dikit-dikit.

Belajar Di Lipia Kami fokus pada percakapan, sementara untuk memahami Quran tentu butuh ilmu Yang lain, atau ilmu Nahi Dan Sharaf. Maka mulailah saya bertanya pada beberapa teman, adalah program Bahasa Arab intensif, Dan memang agak susah kalau bukan Di universitas atau ma'had. Maka terakhir saya Tanya k ustadz hasan, beliau ketua harian tempat saya ngajar di IQF Dan lulusan Lipia mungkin saja tahu. Tapi jawaban beliau sungguh tak diduga
"Ustadzah Cari teman saja, nanti belajar Sama saya Di IQF".

masyaAllah ini mah rezeki yang luar biasa, udah gak perlu jauh-jauh lagi nyari. Akhirnya Aku Coba Cari beberapa teman Yang mau ikut belajar, alhamdulillah pertemuan pertama penuh, berikutnya? Jangan ditanya, bahkan diakhir bulan hanya tinggal berdua. Itupun saya harus memaksa teman saya untuk terus mau belajar, Dan kasih motivasi Insha Allah Kita bisa sampai selesai. Alhamdulillah buku 1 nahwul wadih selesai. Berikutnya teman saya ini menikah Dan ikut suaminya, maka saya harus cari teman lagi agar belajar Bahasa Arab tetap jalan, Karena tidak mungkin kalau ustadz hanya mengajari saya saja.
Saya ajak teman-teman kursusan Lipia untuk ikut, alhamdulillah mereka bersedia meskipun jauh, Dari bintaro kedepok. Dari sepekan 3 Kali berubah menjadi 2kali, sampai akhirnya hanya sepekan sekali Karena jarak yang jauh itu. Saya pun ikut aja tidak apa-apa asalkan Masih tetap bisa Bahasa arab, jatuh bangun rasanya apalagi sudah masuk buku nahwul wadih 2 Yang pelajaran i'rabnya sudah Makin panjang. Selain harus menjaga semangat belajar, saya juga harus tetap menjaga semangat teman saya untuk terus mau belajar supaya kelas tetap Ada.

Kamipun mengadakan kelas tambahan,untuk membahas soal dan materi minggu lalu. Namun pada akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak lanjut, Dan berarti kelas Bahasa arabpun Akan berhenti 😭😭.ya sudah sayapun tidak bisa maksa-maksa lagi Karena kasian juga jarak Yang jauh.

 Selanjutnya saya Masih Coba mencari informasi untuk bisa tetap bisa ikut kelas Bahasa Arab. Dan 6 maret 2020, Allah menjawab doa saya. bahkan langsung belajar Bahasa Arab Di negara Yang berbahasa Arab (Yordania). Teringat satu ayat di Quran
والذين جاهدو فينا لنهدينهم سبلنا
"Dan orang-orang Yang bersungguh-sungguh, Allah Akan tunjukan jalannya".
Tugas Kita memang hanya bersungguh-sungguh Karena jalan-jalannya Allah Yang Akan membentangkan, bahkan Dari arah yang tidak pernah Kita duga.
Bersungguh-sungguhlah, Karena Allah Yang Akan menunjukkan jalanNya

#NotesFrom Jordan
Amman, Yordania. 9 Maret 2020
Bersama semilir angin musim dingin

Maukah kamu bersabar? (Tadabbur Al-Furqan:20)



Kita tidak bisa memilih ingin dengan siapa Kita hidup, bekerjasama, atau menjalin pertemanan. Karena mereka Yang hadir Dalam kehidupan Kita adalah bagian Dari  takdir Allah. Meski Yang Kita temui tidak selalu orang-orang baik, atau ya nggak orang jahat banget juga. Mungkin bisa dibilang annoying lah, Yang bikin Kita males melakukan interaksi dengannya.

Tentu aja Allah punya maksud dibalik kehadiran orang tersebut, mungkin aja itu bagian dari peluang Kita untuk beramal sholeh, mengingatkan orang tersebut. Atau bisa juga Allah nunjukkin "kamu jangan memiliki sifat seperti ini, Karena tidak disukai orang-orang. Yang semuanya memiliki pelajaran Yang berharga. Pagi ini ketika murojaah surat Al-Furqon ayat 20:
وجعلنا بعضكم لبعص فتنة أتصبرون
"Dan Kami jadikan sebagian kamu, sebagai cobaan bagi sebagian Yang lain, maukah kamu bersabar?"
Aku termenung, kenapa Allah menunjukkan ayat ini, kok kayaknya lagi Pas banget. Ya itu jawanannya, maukah kamu bersabar? Tinggal Kita jawab ya atau tidak. masyaAllah, lagi-lagi tentang Sabar.

Semoga Kita tidak menjadi beban bagi Yang lain. Jikapun iya, maka berikan kesabaran pada mereka ya Rabb atas  beban Yang  telah Kami berikan.

#NotesFromJordan
27 Maret 2020
Ketika Bunga mulai bermekaran

Corona Dan tawakkal Kita pada Allah

Notes from Jordan

Corona Dan tawakkal Kita pada Allah
(Aku tidak tahu apakah ini nikmat atau musibah, Aku hanya berprasangka baik pada Allah)

Tanggal 6 Maret kami berangkat ke Yordania, 2 hari sebelumnya, untuk pertamakali Indonesia mengumumkan Ada warganya yang terkena Corona Di Depok. Rencana awal saya Akan berangkat dari Depok, Karena semua barang masih di depok termasuk barang-barang penting. Koper dan winter clothes. Waktu itu saya berfikir Akan tetap pergi ke Depok, bismillah aja. Namun ternyata orang tua dan dari pihak yayasan tempat saya kerja tidak mengijinkan, Karena di khawatirkan Akan menimbulkan masalah. Akhirnya saya Cari win-win solution. Saya minta teman Yang kerja di ciputat untuk bawakan koper saya,dan Kita ketemu di Ciputat, lumayanlah pertengahan (makasi Banyak buat Hanif Audina Yang sudah mengantarkan koper 😭😭).

Beberapa teman juga menanyakan "yakin mau tetap berangkat? Emang gak ditutup negaranya? Bandara itu tempat Yang rawan loh buat penularan"
Saya faham kekhawatiran mereka juga Karena bentuk sayangnya pada Kita, pun dengan para orang tua yang anaknya mau pergi jauh selama 3 bulan, tentu Ada rasa berat hati melepasnya dengan kondisi seperti ini.

Maka grup WhatsApp orang tua penuh dengan info Corona, mulai dari yang ilmiah sampai Yang hoax. Saya sampaikan pada bu Nur, beliau manager program ini, "bu apa sebaiknya info seperti itu di cut saja Karena akan membuat orang tua yang lain panik" ibu Nur bilang, biarkan saja Karena mita juga jangan menutup-nutupi informasi, Yang perlu Kita sampiakan bagaimana sikap seorang Muslim menyikapi musibah, biarkan mereka menggunakan logika Dan Iman".
masyaAllah Dari yang pertamanya saya takut, jadi ikut tenang. Apalagi bagi seorang penghafal Quran, setiap kali ada  musibah menjadi bahan taddabur, untuk lebih meningkatkan kecintaannya pada Quran. Kita melakukan ikhtiar dunia, namun ikhtiar langit yang harus lebih Kita kuatkan, dan juga semakin menyandarkan Kita berapa manusia itu mahluk yang lemah, virus makhluk Yang sangat kecil sudah membuat Kita, bahkan dunia ketakutan, maka Allah lah sebaik-baik tempat kita bergantung.

Tentu saja Kami juga ikut anjuran WHO, untuk sering cuci tangan dan sebagainnya sebagai bentuk ikhtiar, Dan terus memantau berita Dari KBRI Yordania.
Alhamdulillah 7 maret Kami touch down di Yordania dengan selamat, dan melewati imigrasi dengan lancar.

Pagi ini mendapatakan kabar bahwa Yordania pun Akan lockdown mulai besok, itu artinya kegiatan belajar Bahasa Arab Kami Di Ewan Institute pun akan libur selama 2 pekan, kabar baiknya Kami bisa fokus bersama Quran selama 2 minggu ini.
Teringat Salah satu kisah Di Jaman Abbasiyyah, ketika mendapatkan musibah/nikmat laki-laki tua tersebut selalu mengatakan "Kami tidak tahu apakah ini musibah atau nikmat, Kami hanya berprasangka baik pada Allah".

Kitapun demikian, entah ini musibah atau nikmat Kita harus selalu berprasangka baik pada Allah.

Yordania, 15 maret 2020
Bersama angin permulaan musim semi

Jumat, 29 Maret 2019

Ketika Hina Dan Mulia Menjadi Pilihan (1)



Jika kemuliaan diukur dengan kecantikan, kekayaan, nasab atau keturunan  tentu sudah banyak yang protes sama Allah, karena tidak semua orang Allah berikan hal tersebut. Tapi apakah iya kalau kita tidak memiliki 3 hal tersebut kita ini menjadi hina?  Sementara ketiga hal tersebut bukan kita yang memilihkan, tapi itu semua sudah Allah takdirkan. Maka mari kita belajar bagaimana menjadi mulia, dan bagaimana agar tidak menjadi hina.
Pertama mari belajar dari Nabi Adam, Nabi aAam adalah mulia, karena seorang Nabi padahal Nabi Adam pernah gagal. Gagal mentaati salah satu perintah dari Allah yaitu dilarang memakan buah khuldi, tapi apa yang  menjadikan Adam mulia, lihat di surat Al-A’raf ayat 23 doa Nabi Adam “ ya tuhan kami, kami telah mendzalimi diri kami sendiri, jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi”. Adam menjadi mulia bersebab kegagalan yang telah dilakukannya manjadikan adam berintrospeksi diri, mengakui kesalahan dan memohon ampun pada Allah SWT. Selanjutnya mari kita lihat Iblis, Iblis adalah makhluk yang sukses pada awalnya, bersujud ratusan tahun pada Allah. Dan apa yang menjadikan iblis menjadi makhluk yang pasti akan menajdi penghuni neraka, bersebab perkataannya dalam surat Al-A’raf ayat ayat 12 “aku lebih baik daripada Adam, aku diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah”. Karena kesombongannya Iblis menjadi makhluk yang hina. Nabi adam adalah contoh bagaimana sukses dengan kegagalannya, sedangkan Iblis adalah contoh yang gagal dengan kesuksesannya.
Hari ini saat kita merasa gagal, melakukan maksiat maka mari menjadi Adam yang mengakui kesalahan kita, dan bertobat pada Allah. Dan jika hari ini kita merasa telah menjadi lebih baik dari yang lain, maka mari beristighar, jangan-jangan salah satu sifat Iblis sedang ada pada diri kita. Dengan kegagalan Adam menjadi mulia, dengan kesuksesan Iblis menjadi hina, jadi? Siapakah yang menentukan hina dan mulianya kita? Sikap kita yang menentukannya.
To be continue part 2....
Lembah kapuk daarussalam, 29 maret 2019


Senin, 28 Januari 2019

Eksistensi



Era media social seperti sekarang ini, rasanya tidak berlebihan kalau bilang semua orang berlomba-lomba pengen eksis. Salah satunya, meng upload semua hal yang kita lakukan, lagi makan cekrek upload, lagi jalan cekrek upload, lagi ngaji cekrek upload dan kegiatan-kegiatan lain yang kita lakukan. Emang gak boleh ya? Tergantung niat masing-masing, kalau niatnya buat syiar ya inshaAllah dapat pahala syiar. Kalau niatnya yang lain, ya dapat sesuai apa yang diniatkan. Begitu kata  Rasulallah dalam Hadits Arbain Nawawi No 1 “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan” (H.R Bukhari dan Muslim).
Sebetulnya gimana si caranya kalau kita pengen tetap eksis, apakah harus jadi viral dulu baru eksis? Resepnya ada di Al-Quran loh, Surat Ar-ra”d ayat 17 “Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”.

Kita tahu bahwa buih itu adanya diatas permukaan air, selalu terlihat keberadaannya, atau eksis. Namun buih itu tidak memberikan manfaat, suatu saat akan hilang, yang akan selalu ada itu adalah yang memberikan manfaat kepada manusia.
Nah dari ayat ini kita bisa analogikan, seseorang yang viral tapi tidak ada manfaatnya untuk orang lain, lama-lama dia akan menghilang bahkan mungkin dilupakan oleh orang-orang. Akan tetapi seseorang yang meskipun tidak viral di media social, selama dia memberikan manfaat kepada manusia maka dia akan tetap eksis. Jadi ke-eksisan kita dibumi ini bukan ditentukan seberapa viralnya kita di media sosial, namun seberapa manfaatnya kita untuk orang lain.  Jangan khawatir meski tak viral di media sosail, selama kita bermanfaat untuk orang lain,  kita akan tetap eksis di  di bumi.
Jadi, mau eksis di media social atau di bumi?
Waallahua’lam






Jumat, 09 November 2018

Membangga Diri




Akhir-akhir ini penjualan saya meningkat, karena saya jualannya pake strategi marketing, selain itu saya juga punya banyak relasi. Nilai IPK saya semester ini juga naik, ini semua berkat usaha dan kerja keras, belajar tanpa kenal lelah. Sejauh ini hafalan saya lancar, karena saya rajin murojaah, tekun pantang, menyerah.
Pernahkan terbesit dalam hati kita perasaan seperti ini? Jika pernah mari kita beristighfar bersama. Kenapa? Karena ternyata itu adalah istagna. Apa itu istagna, secara Bahasa istagna berrati tidak memerlukan atau tidak membutuhkan. Dalam QS al-Alaq ayat 6-7 Allah sebutkan kata istagna.



كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ
  أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ  
Sekali-kali tidak, sungguh manusia itu benar-benar melampaui batas (6). Apabila mereka melihat dirinya serba cukup (7).
Istagna dalam surat Al-Alaq diartikan dengan serba cukup, merasa serba cukup tanpa bantuan dari Allah. Merasa kalau apa-apa yang sudah diraihnya selama ini, hanya karena usaha dan kerja kerasnya, bukan karena adanya campur tangan Allah. Padahal, segala yang sudah kita dapatkan di dunia ini, semua atas kehendakNya. Meski kita belajar dengan sangat giat, jika Allah belum berkehendak, mungkin saja kita tidak akan lulus ujian.
Bahkan dalam hal kebaikan sekalipun, misalnya kita mampu tilawah Quran 2 juz setiap harinya, itu bukan karena kita kuat. Tetapi karena Allah memberikan rasa kecintaan keimanan kepada kita, sehingga kita betah berlama-lama dengan Quran.
Allah berfirman dalam Q.S Al-Hujurat yang artinya “tetapi Allah menjadikan kamu cinta pada keimanan, dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu”.
Sifat istigna ini perlu kita waspadai, karena akan melahirkan sifat kesombongan dalam diri, merasa serba cukup, tidak memerlukan Allah, merasa semua hasil yang dia dapatkan adalah hanya hasil kerja kerasnya saja.. mari sama-sama kita insyafi, bahwa segala yang sudah kita dapatkan adalah karena kemahaannya Allah, bukan karena kuatnya kita.

Lembah kapuk,  9 November 2018


Kamis, 08 November 2018

Jangan Takut Gagal Ta’aruf *untuk para akhwat pejuang taaruf yang menjaga kesucian dirinya, melalui proses yang baik menuju pernikahan*


Saya tahu ketakutan ini mungkin muncul pada akhwat-akhwat yang sudah beberapa kali melakukan taaruf namun belum berhasil, dan pada saat ditawari untuk taaruf lagi seringkali ada perasaan takut gagal lagi dan memilih untuk istirahat sejenak. Ini menurut pengalaman teman, yang akhirnya saya pun mengalami perasaan ini, hiks.... suatu ketika saya pernah tanya pada salah satu teman,
“mbk kok gak minta ditaarufin sama murabii”
Hm...trauma aku, gagal terus (tapi sekarang belaiu ini udah nikah, Alhamdulillah)
Waktu itu dengan sok bijak saya jawab, gak boleh gitu mbk, kita harus tetap ikhtiar,  bla bla bla bla bla panjang kali lebar lah. Dan seketika Allah memang uji perkataan saya ini. Kegagalan pertama masih woles, berikutnya agak dipikirin. Selanjutnya nyerah, dan saya bilang saya lelah mau break dulu kalau ada yang ngajak taaruf. Ini mestinya gak boleh dilakukan, tapi jujur saja memang lelah, ingin menata hati terlebih dahulu, memuhasabah diri dan banyak merenung. Sempat bertanya pada beberapa teman yang udah nikah,
“ikhwan itu cari yang sholehah apa yang cantik teh?”
“Jawaban beliau diplomatis, kalau kata ust salim ada ketidakjujuran dalam taaruf, bilangnya mau yang sholihah, pas ditawarin akhwat ini nolak, yang itu nolak, ternyata karena yang dicari yang cantik”
Hm...sampai disini saja saya udah makin merenung......
Dan dalam perenungan itu Allah memberikan harapan lewat kisah Julaibib dan kisah Ummu Aiman. Kita tahu bahwa Julaibib adalah seorang sahabat yang dikisahkan memiliki fisik jelek, hitam pendek dan tak bertahta. Saat Rasulallah bertanya, “wahai Julaibib kenapa kamu tidak menikah” saya tidak laku ya Rasulallah (jawaban ini sungguh menyayat hati saya). Rasulallah akhirnya menemui salah seorang sahabat untuk menjodohkan Julaibib dengan anaknya, namun sahabat tersebut menolak. Tapi apakah jawaban dari puteri sahabat tersebut “bagaimana mungkin aku menolak pilihan Rasulallah”.
Kisah berikutnya adalah kisah pernikahan Ummu Aiman dan Zaid Bin Haritsah, Ummu Sulaim adalah ibu asuhnya Rasulallah sedangkan Zaid adalah anak angkatnya Rasulallah bisa dibayangkan berapa perbedaan usia nya. Dalam sebuah hadits Rasulalah berkata “Barang siapa yang ingin menikah dengan wanita ahli surga maka hendaklah menikahi Ummu Aiman.”” Ummu Aiman dan Zaid Bin Haritsah pun menikah, dari pernikahan mulia mereka lahirlah mujahid mulia Usamah Bin Zaid.
Membaca kisah ini seolah Allah memberikan pesan,” jangan bersedih, masih ada Zaid dan istri Julabib di dunia ini, yang menerima bukan karena fisik semata, tapi karena ada tujuan yang jauh lebih besar, yaitu menjadikan pernikahan sebagai estafet perjuangan dakwah dengan melahirkan generasi-generasi Rabbani.

Lembah kapuk, 11 november

Selasa, 06 November 2018

Belajar Bahasa Arab: Bukan Sekedar Belajar Bahasa



Keinginan belajar bahasa arab sebetulnya sudah lama, tapi gak pernah serius ikut sampai selesai. Barulah setelah tergabung dalam satu halaqoh yang murrabiyahnya jago bahasa arab, tiap ketemu yang dibahasa quran, tadabbur dan tafsirnya. Aku yang tak bisa bahasa arab ini amat sangat pedih karena tidak bisa merasakan mukjizat setiap kata dalam quran.  Maka mulailah bekajar bahasa arab jadi wajib buat kami para mutarabbinya, tiap pekan dikomporin terus, dan memang buat seorang penghafal quran gak bisa bahasa arab itu rugi banget, jadi gak bisa memahami makna ayat yang sudah kita hafal. Bismillah, maka  mulailah aku mendaftar di sebuah lembaga bahasa arab (LIPIA) program sabtu ahad. Ini berat si memang, karena weekend ini tempatnya banyak acara dan kajian plus ngajar. Maka ku relakan beberapa agenda rutin sabtu ahad untuk diganti ke agenda belajar bahasa arab.
Pertama, aku terkesan banget karena pengajarnya asli orang sudan yang sangat minim bisa berbahasa indonesia, dan kami dikelaspun minim berbahasa arab, maka bahasa kami adalah bahasa tubuh hehe....dan kami harus memaksa diri untuk bisa berbahasa arab jika ingin bertanya. selain itu bicaranya cepet banget, hari pertama beneran pusing. Tapi lama-lama jadi terbiasa. Kedua, aku terkesan banget buku pelajarannya untuk yang bergambar akhwat/wanita tidak akan menampakkan wajahnya, hanya terlihat dari sampaing. Kecuali gambar wanita untuk anak-anak barulah wajahnya terlihat full. Masyaallah betapa menjaganya mereka, hingga buku untuk belajarpun sangat diperhatikan.

Berikutnya belajar bahasa arab juga memperbaiki bacaan quran kamu, karena pasti akan belajar makhroj huruf. Bagaimana pelafalan alif dan ain yang harus berbeda dan huruf-huruf lainnya. Berikutnya ini nih yang paling amazing yang saya rasakan, ada satu bab yang bahas tentang keluarga, seperti bahasa arabnya kakek, nenek, ayah, ibu dll. Dan tahu gak yang dibahas itu adalah keluarganya rasulallah, ya allah kita belajar bahasa arab tapi secara gak sadar sebetulnya kita sedang belajar sirohnya rasulallah.

Gak berhenti sampai disini kekaguman aku berlanjut, kalau ada pertanyaan apa yang sedang kamu kerjakan, dibahasa arab jawabannya bener-bener contohnya bagus banget. Membaca quran, pergi ke mesjid, atau sedang berwudhu, betul-betul aktivitas yang semuanya tuh baik.  Aku bener-bener jatuh cinta sama bahasa arab, dan mungkin akan banyak lagi kekaguman aku sama bahasa arab dipelajaran-pelajaran berikutnya. Menurutku belajar bahasa arab bukan sekedar belajar bahasa, tapi belajar tauhid dan menambah keimanan. Dan salah satu ilmu yang wajib dipelajari semua msulim adalah bahasa arab. Kenapa? Karena kitab suci kita berbahasa arab, bacaan sholat kita berbahasa arab, rujukan kitab-kita keilmuan islam berbahasa arab. Jadi rugi banget kalau kita gak bisa bahasa arab.
Selamat belajar bahasa arab J



Senin, 06 Agustus 2018

BACKPACKER-AN 4 HARI 2 NEGARA LESS BUDGET

Perjalanan ini berawal dari antrian passport yang begitu lama, aku pikir waktu itu udah buat passport aja dulu kan ngantrinya aja lama. Dan betul hampir 3 bulan tiap hari aku cek, selalu kuota penuh karena aku pilih imigrasi Depok. Setelah 3 bulan menunggu akhirnya dapatlah antrian, segera aku lengkapi berkas dan segera ke imigrasi sesuai dengan jadwal. Singkat cerita passport sudah ditangan, saat melihat passport aku sempat berpikir “ pokoknya minimal satu Negara lah jangan sampe ini passport kena perpanjangan tanpa terisi”. Maka mulailah cari-cari tiket murah, setelah dapat langkah selanjutnya cari partner. Beberapa teman aku hubungi, yang tertarik banyak, yang mau berangkat gak ada karena lagi gak ada uang hehe…ya sudahlah, akhirnya lupa rencana buat jalan-jalan.
Tiba-tiba salah seorang teman wa,
 “ ceu ke Malaysia yuk?”,
Langsung aja k singapura aja yuk sekalian.
Wah boleh tuh. Akhirnya saya tunggu info dari dia. Ternyata temanku ini lebih canggih lagi. Udah cek harga pesawat, penginapan, destinasi apa aja yang bakal kita kunjungi saat di Singapura sama Malaysia. Dan akhirnya, tagal 16 April tiket pesawat ke singapura sudah kami booking lewat traveloka, dengan harga yang super murah yaitu 350 ribu sajaaaa. Sumpah, perjalanan ini emang modal nekat banget, kami booking tiket berdua saat temen aku belum punya passport, saat itu mikirnya ya udahlah masih sebulan bisa dikejar, ternyata...sungguh penuh drama.
Pertama ke imigrasi Depok, udah gak bisa antri lagi penuh terus. Maka nyobalah ke Jakarta Barat, alhamdulillah tuh dapet, ternyata temenku ini gak lulus seleksi wawancara, imigrasinya gak mau ngasih harus ada surat dari kampus dulu katanya, dan temenku ini juga males ngurus. Ini waktu udah tinggal 2 minggu lagi, wah aku udah deg-degan aja kan, kalau beneran dia gak dapet passport aku bakal jalan sendiri dong, udah mikir bakal jalan sendiri atau batalin aja, meski sayang tiket juga hiks....akhirnya kami ketemu dan bahas ini dengan serius, ceilah. Bagi-bagi tugas, hubungi kantor imigrasi Bogor, dan Tangerang dan h-3 alhamdulillah passport udah ditangan, aku sampe doa khusus untuk passport ini, dan? Ah Allah betapa nikmat-Mu terlalu banyak yang aku pungkiri.
Finally, hari yang dinanti sudah tiba, kami ketemu dibandara soetta sekitaran magrib karena pesawat flight 19.55. sempatlah untuk shalat maghrib, isya dan check ini. Ini ada kejadian lucu saat cek barang, karena kami ini backpacker yang super irit gak mau beli air akhirnya bawalah air, meskipun tahu ada minimal berapa banyak cairan yang harus dibawa, alhamdulillahnya kalau aku sedikit, nah temenku ini bawa yang 1liter kayaknya, alhasil daripada dibuang didepan petugas kami menghabiskan air minum itu dengan disenyum-senyumin petugas haha.....oh ya jujur aja ini kali pertama aku naik pesawat, ada perasaan takut gimana gitu. Dan kita hampir ketinggalan pesawat, kami sholat itu di gate 1, ternyata pesawat di gate 10, ada waktu 20 menit buat sampe, meski udah lari ternyata jauh banget dari yang aku sangka. Alhamdulillah di gate 6 ada petugas dengan mobil yang kaya buat golf itu apa ya namanya wkwkwkwk akhirnya kami naik dan sudah berada dipesawat. And i can fly without wings...
Pukul 22.35 waktu singapura kami mendarat, dan memang akan memutuskan untuk tidur dibandara, karena kami tidak menyewa penginapan. Singapur lumayan mahal kalau mau sewa-sewa, buat kami yang keungannya pas-pasan ya. Setelah cek passport kami duduk dirungan tunggu gitu, nah trus karena sebelumnya udah browsing kalau singapur itu menyediakan tempat buat tidur gitu buat para backpacker, akhirnya dengan bahasa Inggris yang seadanya akupun mendatangi petugas bandara, ternyata tempatnya itu ada dilantai 2 sebelum pemeriksaan imigrasi. Nah kita udah gak bisa balik lagi kesana karna udah keluar dari pemeriksaan imigrasi, tapi ternyata banyak juga yang tidur dikursi-kursi tunggu itu. Oh ya selama disana kami juga pakai wifi bandara, untuk menghemat. Sekaligus jangan lupa bawa botol air minum ya, ditempat-tempat umum disingapura disediakan kran air yang ready untuk diminum, karena kalau kamu beli air mineral disana lumayan mahal.

Ini dia kondisi saat kami tidur disana, nyaman lah. Let’s sleep.
#Day 1 in singapura

To be continue.....

Sabtu, 04 November 2017

perempuan yang baik benarkah untuk lelaki yang baik?

tulisan ini sejatinya adalah hasil renungan perjalanan Bekasi-Depok yang seharusnya bisa ditempuh dengan jarak 2 jam tetapi malah lebih dari itu, ya you know lah Bekasi hehe...peace. kalau disuruh ke Bekasi saya paling males, pertama menghabiskan waktu diperjalanan, kedua pas sampe Bekasi saya dianggurin gak d ajak ngobrol, harus inisiatif sendiri kalau mau ngapa-ngapain, sedangkan saya ini orang sunda yag sunda yang penuh dengan basa-basi. Sebut saja yang mengundang saya ke Bekasi adalah Uda x, beliau adalah kaka sepupu saya, hari ini saya diminta ke Bekasi karena beliau baru aja menikah dan mengadakan syukuran di rumah barunya. noted, nikah yang kedua kalinya. sebetulnya saya gak terlalu akrab sama beliau, terlebih beliau jarang sekali ngobrol dan istri pertamanya pun sama jadi kesannya kalau saya ke sana pasti dicuekin itu yang bikin males. Nah istri keduanya ini saya belum tahu seperti apa. ketika sUdah sampai Bekasi, ketemu Uda, salaman speak speak dikit akhirnya saya bantu-bantu mempersiapkan catering. Saya tanya sama Uni,
” ni mana istrinya angah” itu yang lagi bungkusin nasi.
Saya melihat sekilas dan ohh alhamdulillah berkerdung batin saya, saya samperin dan akhirnya bersalaman.
Ketika saya hendak sholat dan meminjam mukena pada istrinya si Uda dari situlah saya kemudian ngobrol, ternyata beliau lulusan sebuah Universitas ternama di Sumatera Barat, gak suka pacaran maunya langsung nikah. Dalam hati saya berpikir, wah bakal nyambung nih. Intinya banyak kesamaan konsep hidup yang kita miliki.
Seumur-umur saya gak pernah mau nginep di tempat Uda, tapi malam ini entah kenapa diajak nginp ditempat lainpun saya menolak. Rupanya , mungkin saya sudah merasa nyaman dengan istrinya Uda, tidak merasa dicuekin lagi. Intinya saya seneng banget Uda saya nikah saya beliau. Saya merasa beliau beruntung mendapatkan Uni novi, dan berpikir bahwa kedepannya Uda akan jauh lebih baik lagi terutama dalam hal ibadah.
Kemudian tiba-tiba dikepala saya muncul pertanyaan, kalau saya seneng banget Uda nikah sama Uni, trus bagaimana dengan Uni apakah beliau senang juga? Saya tahu Uda saya masih jauh dari kata sholih untuk hal ibadah wajib aja masih sering bolong (saya tahu ini ketika main ke sana). Lalu muncul lagi pertanyaan, jika nanti ternyata suami saya juga bukan suami sholih apakah saya akan siap menerimanya? Apakah saya bisa seperti Uni yang menerima Uda?. Seketika saya ingat sebuah ayat yg mengatakan bahwa laki-laki baik ya untuk perempuan baik begitu juga sebaliknya. Biasanya inilah yang menjadi alasan sebagian besar jomblo mempebaiki diri, katanya si memantaskan diri biar dapet pasangan yang baik pula. lantas apakah benar perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, Lalu bagaimana dengan asiyah seorang wanita sholihah yang justeru bersuamikan Firaun. Wanita sholihah dapet lelaki sholihah itu anugerah, kalau kasusnya sperti Asiah siapkah kita? Kalau kata Ust Salim A Fillah si, kita ini tidak bisa menyandarkan kesholihahan kita pada pasangan kita. Kalau dapatnya yang baik ya Alhamdulillah, tapi kalau dapatnya yang gak baik maka menjadi sholihah harus tetap. Menjadi seperti Khodijah dan Muhammad tentu idaman setiap kita, namun jika Allah mentakdirkan menjadi seperti Asiyah dan Firaun? Semoga kita bisa tetap mengajak pasangan kita untuk menjadi lebih baik dan tetap tegar setegar Asiah mempertahankan keimanannya. Wa’allahua’lam.

*dalam perjalanan Bekasi-Depok

Allah yang menunjukkan jalanNya

Kupikir belajar Bahasa Arab adalah pelarian Dari belajar TOEFL Yang tak kunjung naik scorenya untuk lanjut kuliah, awalnya memang begitu....