Never ending learning begitulah sejatinya hidup, setiap detik,
menit, jam dan hari-hari yang kita lalui tidak terlepas dari pelajaran-pelajaran
kehidupan. Hikmah atau pelajaran hidup dapat kita ambil pada setiap momentum apapun,
entah itu dalam keadaan senang ataupun sedih. Ada sebuah ungkapan yang
mengatakan bahwa “orang yang cerdas adalah orang yang dapat mengambil hikmah
dari setiap kejadian hidup”. Hari ini saya mendapatkan sebuah kata mutiara dari
seorang teman yang dia posting d grup whatsapp, seperti inilah kira-kira
bunyinya:
Ikhlas itu ketika hasil tak sebanding usaha
dan harapan,
tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam
dalam kesedihan
Ikhlas itu ketika amal tidak disambut
apresiasi sebanding,
tak
membuatmu urung bertanding
Empat baris kata diatas mengingatkan saya
kembali pada sebuah makna keikhlasan. Sudah ikhlaskah saya selama ini?. pembahasan
ikhlas memang bukanlah hal yang tabu, karena begitu penting dan sulitnya
memaknai sebuah keikhlasan maka tema ini
pun tak pernah habis di bahas dalam setiap pengajian atau tausiyah-tausiyah.
Tentang sebuah keikhlasan, saya teringat
sebuah peristiwa yang saya alami sehari yang lalu. Kemarin adalah hari yang
saya nantikan, karena akan ada
pengumuman pemenang lomba karya tulis ilmiah yang saya ikuti. Dari sejak pagi
hingga sore saya terus nongkrongin website namun tak juga ada berita
pengumuman, setelah saya konfirmasi kepada panitia ternyata pengumuman
diposting pada jam 19.00. Harap-harap cemas saya menanti, sampai akhirnya pukul
19.00 saya berhasil membuka website tersebut, dan sudah ada 15 pemenang yang
akan maju pada babak selanjutnya. Satu sampai lima belas saya teliti satu per
satu tidak ada nama saya tertera di sana, karena masih penasaran akhirnya untuk
yang kedua kalinya saya memastikan lagi dan tetap tidak ada nama saya tertera
disana. Saya duduk tertunduk lemas, kemenangan yang saya bayangkan berakhir
sudah.
Apakah saya kecewa? Yah saya kecewa, saya
sudah berusaha melalukan yang terbaik namun ternyata hasilnya seperti ini.
meski kekecewaan itu tidak saya ungkapkan kepada teman yang lain, namun rasa
kecewa itu saya simpan. Sampai akhirnya saya mendapatkan sebuah tamparan dari
kata-kata bijak diatas. Ketika kekalahan ini menjadikan saya tenggelam dalam
kesedihan maka pertanda saya belum ikhlas melakukan semua ini, mungkin saja
yang saya lakukan adalah hanya untuk mendapatka prestise dari kampus, teman
atau beberapa dosen. Astagfirullah…..lagi-lagi hari ini saya belajar
memaknai sebuah keikhlasan. Tanpa dasar keikhlasan semua hal apapun yang kita
lakukan akan berujung pada kekecewaan dan kelelahan, saat tidak ada lagi yang
memuji rasa lelah itu akan hadir, saat tak ada hasil rasa kecewa itu akan
hadir. Namun saat kita mengikhlaskan semuanya karena Allah, kondisi apapun yang
kita alami akan dinikmati sebab Allah menilai hambaNya bukan dari hasil
melainkan dari usaha. ketika kita telah melakukan yang terbaik meski hasilnya
belum maksimal. Yakinlah Allah mencatat semua jeri payah yang telah kita
lakukan.
Akhirnya saya ingin katakan bahwa berharap
kepada selain Allah hanya akan menimbulkan kekecewaan, berharap hanya kepada
Allah mendatangkan kebahagiaan. So…berharaplah hanya kepada sang pemberi
harapan, dan tentang sebuah keikhlasan mari kita belajar dari surat Al-ikhlas. Surat
yang di dalamnya tidak pernah ada kata ikhlas namun disebut surat Al-ikhlas. Begitu
juga dengan sebuah keikhlasan, ikhlas itu tak pernah terucap namun tertanam
dalam hati. Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa ikhlas dalam melakuakn
segala amal perbuatan, ikhlas karenaNya tanpa mengharap selain dariNya. Waallahua’lam.
Perpustakaan,
11 Juni 2014
Dalam sunyi
mengharap Ridho-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar