Dimanapun, kapanpun Allah selalu memberikan
kesempatan kita untuk terus belajar, belajar menjadi guru yang baik, adik yang baik, kakak yang baik, teman yang baik, mahasiswa yang
baik, partner kerja yang baik. Setiap hari rasanya tak lepas dari pembelajaran
itu karena hakikatnya manusia manusia memang adalah seorang pembelajar, karena
hanya dengan belajar kita akan bisa memahami hakikat kehidupan ini. seperti
halnya hari ini Allah menunjukkan kasih sayangnya kepada saya, Allah ingin agar
saya belajar ikhlas dan sabar.
Saya punya seorang teman yang hafal Qur’an,
Subhanallah pandangan orang terhadap penghafal Qur’an pastilah berakhlak yang
baik, tutur katanya sopan, selalu menjaga diri dari kemaksiatan dan hal-hal
yang syubhat karena dia tahu betul jika sedikit saja kemaksiatan yang dia
lakukan akan menghilangkan hafalannya. Manusia itu tempatnya salah dan dosa,
seringkali alasan inilah yang menjadikan pembenaran terhadap kesalahan yang
dilakukan oleh manusia, sayapun setuju dengan hal ini namun jika kesalahan yang
kita lakukan terlalu sering dilakukan bahkan sudah menjadi hal yang biasa saja,
pantaskah ini disebut sebagai kekhilafan? Seorang teman saya yang penghafal
Qur’an ini masih merokok bahkan pacaran, mungkin dikalangan sebagain ulama atau
kyai memang masih ada yang membolehkan merokok. Karena pernah suatu ketika saya
menanyakan kok masih ngerokok sih, bukannya fatwa MUI sudah mengharamkan yah?
Teman saya menjawab memangnya sudah berapa kitab yang kamu baca sampai bisa
mengatakan rokok itu haram, masih banyak kyai yang pemahaman agamanya mendalam
toh mereka masih merokok. Saya tidak bisa berkomentar karena saya menyadari
belum membaca kitab apapun. Tentang pacaran juga pernah saya tanyakan, apalagi
di Al-Qur’an juga sudah jelas “janganlah engkau mendekati zina”, saya yakin dia
sudah faham betul apa makna dari ayat tersebut.
Disatu sisi saya merasa bangga punya
seorang teman yang hafal Al-Qur’an, namun disisi lain saya sedih karena setiap
kali saya memberikan nasehat pasti dijawab pula dengan dalil-dalil Al qur’an
yang dia keluarkan, saya pun tidak bisa berkutik karena secara keilmuan dia
jauh lebih dari saya. Namu hal ini menjadi kekhawatiran bagi saya, saya sangat
menyayangkan dengan kedalaman ilmu agamanya teman saya justru terperosok dalam
sebuah kemaksiatan. Saya ingat perkataan seorang ustadz “jika seorang
penghahafal al qur’an hanya menghafal sebatas tenggorokannya saja maka
celakalah dia”. Jika Al-Qur’an hanya dihafal tanpa dimaknai dan diaplikasikan
dalam perbuatan mungkin akan seperti inilah hasilnya, saya hanya berharap dan
selalu berdoa semoga Allah membukakan pintu hati teman saya untuk segera
kembali pada kebenaran.wallahua’lam
begitulah mbak yaa.. ujian dalam menghafal qur'an itu memang berat.. untuk semua org sii sebenarnya.. semoga kita semua kuat melawan berbagai godaan amiin
BalasHapusAamiin semoga kita bisa istiqomah berqur'an dan menjaga diri dr kemaksiatan
BalasHapus