Masuk perguruan tinggi negri menjadi salah
satu daftar mimpi yang harus saya wujudkan, maka mulailah strategi itu diatur. Sejak SMA kelas 2 saya sudah
mempersiapkannya belajar mati-matian sampai larut malam tak lupa puasa seni dan
kamis selalu saya lakukan untuk mendukung keberhasilan mimpi saya tersebut.
meminta doa kepada orang tua salah satu agenda wajib yang harus saya lakukan
karena konon doa orang tua itu mustajab. Maka mulailah saya utarakan mimpi itu
kepada kedua orang tua, meskipun tanggapannya tidak terlalu positif
“sudahlah kuliah di tempat murah saja, ibu
tidak punya uang. Apalagi kalau kamu harus tinggal di luar kota biaya hidupnya
semkain mahal”
Saat itu saya hanya berkata ok saya tidak
akan meminta biaya pada ibu dan bapak saya hanya minta do’a dari ibu dan bapak.
Menjelang kelulusan ada beberapa perguruan
tinggi yang melakukan tes langsung ke sekolah, dulu PMDK namanya. Penjaringan
mahasiswa berprestasi yang diadakan oleh PTN langsung di tempat asal
sekolahnya. Optimisme saya waktu itu sangat besar karena rata-rata nilai saya 8
sudah memenuhi syarat untuk bisa mengikuti tes PMDK. 2 minggu setelah tes,
diadakan pengumuman. Harap-harap cemas saya menantikannya, kedus teman saya
lulus optimisme saya kian besar karena secara nilai akademik, nilai saya jauh
lebih tinggi diatas mereka. namun ternyata keberuntungan itu belum berpihak
pada saya, saya gagal masuk PTN. Selama seminggu saya mengutuk diri dan
menyalahkan tuhan. Kenapa Allah begitu tidak adil kepada saya, saya sudah
belajar mati-matian, do’a dan usaha sudah saya maksimalkan kenapa hasilnya
seperti ini. sebenarnya apa yang Allah rencanakan untuk saya?
Meratapi nasib tidak akan pernah
menyelesaikan masalah, saya pun harus bangkit dari kegagalan ini. saya mencoba
menata hidup, life must go on PTN mungkin bukanlah yang terbaik bagi
saya karena ternyata Allah telah menyiapka tempat yang jauh lebih baik untuk
saya.
Pesantren, tempat inilah yang ternyata
Allah persiapkan untuk saya. Tempat yang tidak pernah saya impikan sama sekali
namun Allah justru mengirim saya ke tempat ini. kembali pertanyaan itu hadir,
apa sebenarnya yang Allah inginkan dari saya?
***
Tiga tahun telah berlalu, saya akhirnya tau
kenapa Allah mengirim saya ke pesantren. Allah ingin agar saya lebih
mengenalNya, agar saya belajar memaknai bahwa hidup bukan hanya sekedar
mengejar duniawi ada kehidupan akhirat yang harus jauh dipersiapkan. Mungki
jika Allah tidak mengirim saya ke pesantren entah akan jadi seperti apa saya,
hidup dengan hura-hura, pergaulan dengan lawa jenis yang tidak ada batasnya,
mengumbar aurat sana-sini.
Jika pertanyaa itu muncual lagi, apa yang
sebenarnya Allah inginkan dari saya? Saya akan menjawab “Allah ingin agar saya
tahu betapa Allah sangat mencintai saya”.
Dalam sunyi, 13 oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar